Cerita Dewasa – Kisah Mesum Disekolah
- Home
- Cerita sex ABG
- Cerita Dewasa – Kisah Mesum Disekolah
Cerita Dewasa – Mesum Dikelas Sama Ningsih
Cerita Dewasa – Nama gua Ejasaja, biasa dipanggil Eja. Cerita ini 2 tahun yang lalu, waktu gua masih kelas 2 SMU (sekarang sudah kuliah). Dalam soal sex, gua mengenal diri sendiri sebagai orang yang nafsu besar dan suka nekat demi kepuasan sex gua sendiri.
Gua sering ngintip cewek-cewek sekolah gua yang sexy sambil coli, nafsuin, dan sebagainya dari berbagai tempat sepulang sekolah. Misalnya, mengintip cewek-cewek cheerleaders kalau sedang latihan dari jendela kelas di tingkat dua.
Pernah juga nekat bersembunyi di dalam WC cewek (untungnya saja tempatnya bersih) dan mengintip paha–paha ataupun celana dalam cewek-cewek dari kolong pintu yang sedang ganti baju olahraga, habis pipis, dan lain-lain. Bahkan tidak hanya siswi-siswi saja yang jadi ‘korban’ pelampiasan sex, guru-guru wanita yang nafsuin, cantik, sexy dan menggoda juga gak lepas dari nafsu sex gua.
Seperti telah dibilang tadi, waktu gua kelas 2, di kelas ada seorang cewek cantik, namanya Ningsih. Tapi tidak seperti biasanya, nafsu tidak bergejolak, hanya biasa-biasa saja. Malah, yang ada gua justru jatuh cinta sama dia. Dan kayaknya sih dia juga. Tidak hanya itu, anak-anak juga sering meledek ataupun mencomblangkan gua sama si Ningsih.
Pada awalnya saat gua ngeliat tingkah laku dan ekspresi wajahnya, gua menilai dia sebagai cewek yang bukan nafsu besar. Ningsih memang tidak sexy, badannya tidak berisi-berisi banget. Pantatnya juga tidak bahenol. Dadanya juga mungkin kurang sedikit dari 34.
Tapi kulit putihnya, pahanya yang sering kelihatan dan leher seragamnya yang suka kendor membuat nafsu gua lama-lama jadi bergejolak. Model rambutnya gua demen banget. agak sedikit bergelombang , belah samping, dan berwarna hitam kecoklatan. Tapi, pikiran gua tertutup oleh Ja-Im (jaga image) di depan dia, dan berpikir nanti saja kalau sudah jadian saja baru bisa ngapa-ngapain.*
Suatu hari, gua menjalankan niat nekat gua seperti biasa. Pertama gua nyumpet di WC kamar mandi cewek. Gua tahu pada hari itu cewek-cewek cheer mau gladi resik, jadi sekalian memakai seragam lomba yang tentunya sedikit terbuka (sudah gitu ditambah pula cewek-ceweknya sexy-sexy lagi). Yang gua lihat waktu itu adalah beragam model celana dalam yang beberapa menyelip di belahan pantat, mulai dari yang putih polos, polkadot, bergambar, dan lain-lain.
Seketika kontol gua ngaceng maksimal, dan gua mencoba membuka retsleting perlahan. Setelah beberapa saat gua mulai onani, tiba-tiba ada cewek yang masuk ke WC, lalu ngobrol-ngobrol sama cewek-cewek cheers itu. Dan ketika gua lihat sepatunya, ternyata itu Ningsih. Dia lalu sedikit merapihkan rok abu-abunya, kemudian mengangkat kedua kakinya bergantian ke tembok untuk mengikat tali sepatunya.
Saat itu gua lihat jelas paha mulusnya yang putih bersih dan mulus. Tapi sebelum gua bisa mengeluarkan peju gua, cewek-cewek sudah pergi semua. Akhirnya gua mengambil tempat lainnya itu dari kelas. Gua mengintip dan melanjutkan onani sambil duduk di kursi dekat jendela. Fuuhhh.., cheers leders itu sexy-sexy sekali.
Tidak lama, tiba-tiba ada seseorang yang lewat di depan kelas gua yang sepertinya adalah cewek. Tiba-tiba lagi, belum sempat gua membetulkan celana, cewek tersebut masuk ke kelas. Ternyata si Ningsih..! Gua kaget dan tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata ataupun tulisan dengan bahasa apapun. Gua langsung gelagapan dan panik ngebetulin celana, dan untung kontol gua gak kejepit sleting.
Ningsih lalu setengah berteriak, “Yaampuuunnn.., si Ejaa.. ngapain lo..? astafirulohh..”
Ningsih ngeliat gua dengan setengah senyum malu-malu. Bibirnya yang tersenyum dia tutupi dengan kedua telapak tangannya.
Dengan terbata-bata gua coba ngomong ke dia, “Eehh.., ini… so.. sorry.. Ning.. Ningsih..”
Dia langsung memotong omongan gagap gua itu, kembali dengan ekspresi senyuman, “Hahaa.., dasar..! Sini dong bantuin nyariin buku LKS-LKS yang ketinggalan…”
Sejenak gua justru bingung. Ningsih yang sudah melihat gua setengah bugil bawah kok biasa-biasa saja, dan malah minta tolong mencarikan buku lagi..? Pikir gua, ya sudahlah.., semoga saja dia tidak ‘ember’ (cerita-cerita sama orang lain). Dengan pura-pura tidak ada apa-apa, gua langsung menghampirinya dan membuka serta mencari-cari di lemari kelas.
Ningsih berdiri di dekatku sambil membungkuk. Waktu gua sedang mencari-cari buku, gua menyadari kalau Ningsih memperhatikan gua.
Saat gua lihat dia, dan gua tanya, “Kenapa, Ning..?”, dia hanya menjawab, “Ehem.., Ooh.., enggaaak… engga apa-apa” (dengan nada manja.)
Lalu sekilas gua lihat leher seragamnya agak turun, sehingga toketnya yang terbalut BH keliatan. Memang sih tidak besar dan tidak kecil (sedang), tapi dapat membuat nafsu gua bangkit. filmbokepjepang.com Lalu gua teruskan lagi mencari buku-bukunya. Tahu-tahu, Ningsih mendekatkan wajahnya ke pipi kanan gua, dan menciumnya lembut. Akibatnya, bulu kuduk gua jadi merinding. Apalagi ditambah ciuman Ningsih merambat sampai ke daerah kuping.
Gua setengah berbisik, “Ningsih..,” dia malah meneruskan ciumannya ke bibir gua.
Tanpa pikir panjang, gua terima dan gua balas ciumannya. Tidak mau kalah. Ningsih lalu melingkari kedua tangannya di leher gua. Gua pun memeluk badannya sambil sekali-sekali ngelus pantatnya.
Ningsih memulai ciuman lidahnya. Gua balas lagi, kutabrak-tabrakkan lidahnya di dalam mulutku itu dengan lidah gua. Ternyata diam-diam Ningsih nafsuan juga. Gua mencoba menyelipkan salah satu tangan gua ke balik kemeja seragamnya yang sudah keluar. Punggungnya benar-benar enak dielus.
Ciuman gua sudah lumayan lama. Ningsih nampak menikmati mengulum-ngulum lidah gua. Kemudian, Ningsih membuka seragamnya sendiri dan seragam gua juga. Untung saja waktu itu gua kebetulan tidak memakai kaos dalam, jadi tidak terlalu repot-repot.
Ningsih lalu mencopot BH-nya, modelnya yang tidak memakai tali. Saat sepintas gua lihat, toketnya nampak kencang dan sedikit membesar, mungkin ereksinya cewek. Apalagi saat gua raba-raba, terasa sekali betapa kencangnya toketnya Ningsih. putingnya berwarna coklat tua.
Masih dalam posisi berdiri, gua jilatin toket indahnya itu. Sekelilingnya gua basahin dan nikmatin kembali. Ningsih menikmati jilatan lidah gua ke payudaranya. Ia meresponnya dengan, “Aahhh.., uughhh..,” dan dengan sedikit jambakan ke rambut gua.
Tidak berapa lama setelah menghisap toketnya, Ningsih menuntun gua untuk duduk di kursi, dan dia melucuti celana abu-abu dan celana dalam gua. Ningsih pingin ’spongky-spongky’ (oral seks).
Sebelum mulai, Ningsih sempat mengocok-ngocok sedikit sambil mendesah, “Aghh.., ahh..,”
Kini gua tahu bagaimana rasanya apa yang banyak orang bilang seperti terkena getaran atau sengatan listrik. Kontol gua langsung ereksi sekeras-kerasnya. Ningsih mulai pelan-pelan memasukkan kontol gua ke mulutnya, agak malu-malu.
Saat bibirnya mengenai ujung kontol gua, gua langsung refleks mendongak ke atas, kedua tangan gua mencengkeram pinggir meja dan kursi dengan keras. Namun, setelah beberapa lama Ningsih naik turun menghisapi kontol gua, sudah mulai biasa. Ternyata nikmat sekali. Ningsih juga sekali-sekali menjilati biji kelot gua. Saat itu mungkin itulah ereksi terbesar dan terkeras selama ini, dan juga mungkin terpanjang.
Ningsih memegang pangkal batang kontol gua dengan keras. Ningsih yang kadang mengelus bulu jembut gua dan menjilatinya membuat gua sangat geli namun bukan geli untuk tertawa, melainkan geli-geli nikmat. Selama kegiatan sex itu, gua dan Ningsih tidak mengeluarkan dialog apa-apa kecuali hanya mendesah, “Aghg.. ehhh…” dan desahan-desahan lainnya.
Tidak lama kemudian, Ningsih tidak menduduki gua, tapi ia justru jongkok dan mulai ngocokin kontol gua. Sejenak gua berpikir mungkin ia belum mau perawannya hilang. Tetap saja pada akhirnya gua kaga perduli.
Gua menerima kocokannya yang ternyata lebih enak daripada kocokan gua sendiri. Apalagi bila kocokan tangannya mengenai pangkal kepala penis gua, wuiihhh.., mungkin seperti listrik ratusan volt. Mungkin karena nafsu gua yang sangat besar, orgasme gua sedikit lagi tercapai.
Gua langsung menyuruh Ningsih bersiap-siap, meskipun untuk ngomong pun susah karena desahan, “Ning.., ehh… hhh… bentar lagi..”
Ningsih tidak menjawab. Namun dia sudah siap membuka mulutnya di depan kontol gua.
Lalu, “Crooottt.. croott..!!” akhirnya gua ngecrot juga.
Setelah beberapa semprotan, gua sempat berhenti beberapa detik, dan gua angkat badan Ningsih. Gua bermaksud untuk menyiram peju tidak hanya di wajahnya saja, namun di toketnya juga (seperti di film-film bokep).
Akhirnya setelah gua tahan, gua teruskan siraman peju itu ke dadanya, meskipun tinggal beberapa semprotan. Ningsih kemudian terdiam sejenak. Dia menghempaskan kelelahannya. Sambil melihati dadanya yang belumuran peju hangat, ia juga mengelap wajahnya yang lebih penuh dengan cairan putih kental dengan telapak tangannya.
Ningsih lalu berkata, “Iiihh.., Eja banyak amat siihh..!” sambil tersenyum dan memakan pejunya.
Setelah itu, ia yang masih telanjang bulat duduk di paha gua sambil melingkari tangannya di leher gua.
Lalu ia berkata, “Eja.., yang ini (sambil menunjuk ke selangkangangannya) jangan dulu yah.., kalo mau kayak tadi aja..”Gua langsung mengerti maksudnya dengan mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian, setelah ia memeluk dengan erat, ia menyuruh supaya segera berpakaian.
“Eja.., ayo beres-beres, pakean lagi.., nanti tau-tau ada guru atau petugas sekolah looo..!”
Gua dan Ningsih segera berpakaian dan keluar kelas dengan hati-hati setelah mengambil LKS yang dia cari tadi, dan memasang tampang biasa-biasa supaya tidak dicurigai.
Malamnya, akhirnya Gua dan Ningsih resmi jadian. Lumayan aneh kan, terbalik, jadian setelah bercinta duluan. Sejak itu hingga sekarang, Gua kaga pernah lagi ningintipin cewek dan onani melihat cewek cheers, di WC cewek ataupun guru-guru wanita lainnya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,